
Ketua Bappeda Kabupaten Deiyai, Drs. Menase Kotouki, MA didampingi ketua tim survey tapal batas Ir. Boedi memaparkan hasil kerja GPS dalam survey selama 2-9 Agustus lalu.
Menurut Ketua Bappeda, hasil tersebut merupakan suatu kajian guna mendapatkan hasil dasar atas kajian dimaksud. “kesempatan ini kita kumpul guna mendapatkan masukkan dari masyarakat,”paparnya.
Dalam seminarnya Boedi mengatakan, selama dua minggu tim ini sudah melakukan survey mengunakan GPS. Ada beberapa hasil yang sudah didapatkan dalam perjalanan itu. Sehingga kesempatan ini diberikan kesempatan agar masyarakat adat mengevaluasi atas scatca yang sudah di dapatkan ini.
Sementara itu pada seisen pertama Kepala Kampung Wagomani yang juga tokoh adat wilayah Debey mengatakan, daerah –daerah perbatasan yang ada di Kabupaten Deiyai belum mendapatkan perhatian dari semua Kabupaten. Sebab ada beberapa daerah yang ada di perbatasan memang sangat terisolir. “jika ada Kabupaten yang memperhatikan daerah-daerha terisolir maka kami ada adalah milik Kabupaten itu,”ungkap Ruben Waine.
Senada juga dilontarkan Tokoh masyarakat Disrik Bouwobado Pdt. Yulius Kudiai, S.Th menguraikan sejumlah persoalan yang kini tengah dirasakan oleh masyarakat yang berada di wilayah perbatasan dengan Kabupaten Mimika. Dirinya menjelaskan bahwa selama ini kami tidak menikmati perhatian pemerintah. Kalau berbicara sejarah adat akan di tentukan oleh masyarakat. Biarlah kajian ilmiah sudah berjalan akan tetapi secara adat akan di tentukan oleh masyarakat. Karena merekalah yang mengetahui akan kondisi daerah itu. (ris)
Pdt. Yulius Kudiay:
Siapa Yang Memperhatikan, Kami Akan Pindah Kabupaten
DEIYAI-
http://tigi-barat.blogspot.com/2011/10/tapal-batas-deiyai-di-seminarkan.html
0 komentar:
Posting Komentar