
"Hampir separuh pejabat Papua di kabupaten maupun provinsi merupakan output dari sekolah tua ini. Tapi kondisi itu, sekarang sudah terbalik. Banyak pihak memberikan anak-anak mereka ke wahgete jantung pusat kota kabupaten deiyai , agar anak-anak dari sini bisa masuk sekolah dan mengenyam pendidikan hingga jenjang tinggi," kenang orang tua, kenang Guru honorer muda itu. Senada juga disampaikan oleh kepalah desa okomokebo bahwa hingga kini generasi muda asal Okomokebo pun mati seiring matinya pola pendidikan karakter budaya itu. "Pasca pendidikan okomokebo mulai mati tahun 90-an silam, anak-anak yang sekolah keluar pun kini kembali dengan pendidikan minim, bahkan putus sekolah," ujarnya.
Aktivitas pendidikan tak seperti dulu, sebelum tahun 1990-an. “Dulu ada rumah Guru serta pusat pelatihan keterampilan, tambanya Toko masyarakat Desa Okomokebo pun menghimbau Wilayah ini jaman sebelumnya, dilayani full oleh guru-guru yang benar-benar menyatu dengan alam okomo ini .
selanjutnya toko pemuda Neles p. menyampaikan bahawa SKPD bagian pendidikan dan kebudayaan jangan seenaknya menyalurkan dana sesuai yang di minta oleh guru karena selama ini banyak guru yang belum mengajar tetapi berani hanya demo untuk menuntut upanya di SKPD terkait, Pada hal kenyataan lapangan sangat minim itu maka kami sebagai tokoh intelektual beserta tokoh pemuda menghimbau kepada KADIS Kabupaten Deiya harus turung lapangan untuk memonitor sesuai dengan ril yang ada sekarang ini imbu toko pemuda. Kami sangat memberikan apresiasi kepada MELIANUS PEKEI dan beberapa guru honorer yang relah memberikan pengetahuan yang mereka miliki itu kepada anak dan adik kami itu, maka kami himbau bahwa seharusnya guru honorer itulah yang harus berikan untuk upa mereka agar mereka lebih semangat mengajarnya.
pada 10 Oktober 2011 jam 13:13
0 komentar:
Posting Komentar