...Selamat Datang Kunjungi Media Website Deiyai News Papua ...
"Jujur Diatas Tanah Deiyai Papua" deiyai

Suara Akar Rumput Mama-Mama Papua Merana

Written By FORUM DEIYAINEWS on Senin, 05 September 2011 | 02.29


KabarIndonesia - Jayapura, Tak pernah putus asa, tak pernah menyerah, dan tak pernah lelah, itulah watak dari mama-mama pedagang Papua pada umumnya.Setiap hari tanpa memandang hujan, walau panas, dengan bermodal semangat dan pantang menyerah, mereka terus berusaha. Mama-mama Papua ini berdagang dengan beralas tanah dan tak beratap seng terus memperdagangkan hasil kebun demi mencukupi kebutuhan hidup dalam keluarga, juga untuk membiayai sekolah anak. Kenyataannya tidak seperti yang diharapkan. Memang sudah ada beberapa fasilitas perdagangan dalam hal ini pasar yang layak disiapkan oleh pemerintah, namun hingga kini realitanya sebagian besar tempat-tempat itu dimonopoli oleh pedagang pendatang seperti Jawa, Sulawesi dan Maluku, serta Makasar. Mengapa pendatang? Karena pemerintah dan terutama bank-bank di Tanah Papua memberikan kesempatan dan fasilitas yang strategis untuk pendatang berdagang.

Jika acuannya adalah Otsus, maka seharusnya prioritas dalam menyiapkan fasilitas berupa pasar yang layak jualan bagi mama-mama Papua. Tetapi yang terjadi dari tahun ke tahun hingga saat ini justru mama-mama tersingkir karena belum ada peluang yang layak untuk menjual hasil kebun. Maka muncullah penindasan dari pendatang kepada masyarakat setempat di seluruh Tanah Papua. Setidaknya mama-mama yang memberikan dorongan dan tempat yang layak untuk mereka jual hasil kebunnya mencapai target yang diinginkan oleh mereka.Suatu saat mama-mama Papua akan menjadi pengusaha yang sukses dalam hasil penjualannya, namun saat ini membutuhkan dukungan dan pendampingan bagi masyarakat asli Papua yang berkelanjutan dalam pemasaran hasil usaha mereka. Dengan melihat kondisi mama–mama Papua yang sangat memprihatinkan karena mereka tidak memiliki modal awal atau pun bantuan berupa kredit ringan dari bank yang ada di Tanah Papua. Hingga sekarang belum ada pemberian berupa pelatihan dan pendampingan untuk pengembangan masyarakat asli Papua dalam pengembangan usaha kecil dan menengah.

Perempuan asli Papua masih terus menagis di atas tanahnya sendiri karena banyak persoalan yang terjadi di Tanah Papua. Persoalan yang mendasar bagi masyarakat kemarin, hari ini dan akan datang adalah kesulitan dalam persaingan ekonomi di atas tanahnya sendiri yakni Tanah Papua. (*)

Tulisan ini pernah dimuat pada Cermin Papua. Ditulis oleh Elias Bidaugi Pigome dan Serly W. WendaSumber gambar: jemmyadii.blogspot.com


0 komentar:

Posting Komentar

 
Terimakasih Atas Kunjungan Anda, Selamat Jalan deissss