KabarIndonesia - Ikatan Pelajar Mahasiswa Nabire Paniai Dogiyai dan Deiyai (IPMANAPADODE) Kota Surabaya menyandera utusan pemkab Deiyai yang menyalurkan bantuan pendidikan bagi mahasiswa. Menurut Koordinator Forum Komunikasi Mahasiswa Deiyai Elias Pekei bahwa utusan pemda kami sandra semalam di penginapan mahasiswa karena tidak ada transparansi dalam pengelolahaan keuangan yang sudah dianggarkan bagi mahasiswa tegasnya. Lanjut Elias saat bertemu mahasiswa utusan Pemda tidak menunjukan Surat Penugasan maupun Nota penandatanganan anggaran yang dialokasikan bagi mahasiswa sehingga ada indikasi penyalagunaan unggasnya. Hal ini terjadi karena pemkab memegang teguh pada administrative bahwa bantuan pendidikan tersebut dikhususkan kepada mahasiswa yang asal dari Kabupaten Deiyai, sementara mahasiswa sendiri tidak mau memisah-misahkan sesuai pemekaran kabupaten karena mereka adalah satu suku MEE sehingga masih tetap di bawah satu naungan ikatan IPMANAPADODE.
Ketua FORKOMADE Jawa Bali Elias Pigome secara tegas mengatakan melalui telepon bahwa pemda dari empat kabupaten yakni Nabire, Paniai, Dogiyai dan Deiyai apa bila memberikan bantuan pemdidikan, maka jangan memilah-milahkan asal usul kabupaten atau marga tetapi berikan kepada semua mahasiswa sesuai data nama yang akan diserahkan oleh koordinator dari setiap kota. Lanjut Pigome apa bila permintaan ini tidak iyakan pemerintah daerah, maka kami seluruh mahasiswa Jawa Bali akan menolak bantuan apapun dari empat kabupaten tegasnya.
Hal ini dibenarkan oleh Biro Pendidikan FORKOMADE Yulius Pekei bahwa melalui Raker telah menyepakati bahwa apa bila kedepan Pemda Deiyai masih membeda-bedakan mahasiswa dari asal usul kabupaten dan marga, maka kami akan tolak bantuan pendidikan apapun.
Donatus Mote sebagai senioritas melihat Pemda tidak profesional dalam menangani bantuan pendidikan bagi mahasiswa karena dari jumlah anggaran yang dialokasikan cukup besar namun dalam aplikasinya tidak sesuai dengan yang diharapkan karena kecil jumlahnya. Lanjut Mote apa bila diperbandingkan dengan kebutuhan mahasiswa 1 juta rupiah bagi yang Tugas Akhir sangat tidak cukup karena kebutuhan mahasiswa di luar Papua jauh lebih besar dibandingkan dengan di dalam Papua sehingga kedepan pemerintah daerah dapat mempertimbangkan hal tersebut unggasnya. Mote juga berharap kedepan suapaya pemerintah daerah dapat melakukan pendekatan persuasif dengan mahasiswa melalui koordinator yang ada, agar dapat mengetahui semua kebutuhan mahasiswa termasuk pengembangan diri melalui organisasi sehingga dapat terakomodir secara baik.
Ikatan Pelajar Mahasiswa Nabire Paniai Dogiyai dan Deiyai (IPMANAPADODE) Kota Surabaya menyandera utusan pemkab Deiyai yang menyalurkan bantuan pendidikan bagi mahasiswa. Menurut Koordinator Forum Komunikasi Mahasiswa Deiyai Elias Pekei bahwa utusan pemda kami sandra semalam di penginapan mahasiswa karena tidak ada transparansi dalam pengelolahaan keuangan yang sudah dianggarkan bagi mahasiswa tegasnya. Lanjut Elias saat bertemu mahasiswa utusan Pemda tidak menunjukan Surat Penugasan maupun Nota penandatanganan anggaran yang dialokasikan bagi mahasiswa sehingga ada indikasi penyalagunaan unggasnya. Hal ini terjadi karena pemkab memegang teguh pada administrative bahwa bantuan pendidikan tersebut dikhususkan kepada mahasiswa yang asal dari Kabupaten Deiyai, sementara mahasiswa sendiri tidak mau memisah-misahkan sesuai pemekaran kabupaten karena mereka adalah satu suku MEE sehingga masih tetap di bawah satu naungan ikatan IPMANAPADODE.
Ketua FORKOMADE Jawa Bali Elias Pigome secara tegas mengatakan melalui telepon bahwa pemda dari empat kabupaten yakni Nabire, Paniai, Dogiyai dan Deiyai apa bila memberikan bantuan pemdidikan, maka jangan memilah-milahkan asal usul kabupaten atau marga tetapi berikan kepada semua mahasiswa sesuai data nama yang akan diserahkan oleh koordinator dari setiap kota. Lanjut Pigome apa bila permintaan ini tidak iyakan pemerintah daerah, maka kami seluruh mahasiswa Jawa Bali akan menolak bantuan apapun dari empat kabupaten tegasnya.
Hal ini dibenarkan oleh Biro Pendidikan FORKOMADE Yulius Pekei bahwa melalui Raker telah menyepakati bahwa apa bila kedepan Pemda Deiyai masih membeda-bedakan mahasiswa dari asal usul kabupaten dan marga, maka kami akan tolak bantuan pendidikan apapun.
Donatus Mote sebagai senioritas melihat pemda tidak profesional dalam menangani bantuan pendidikan bagi mahasiswa karena dari jumlah anggaran yang dialokasikan cukup besar namun dalam aplikasinya tidak sesuai dengan yang diharapkan karena kecil jumlahnya. Lanjut Mote apa bila diperbandingkan dengan kebutuhan mahasiswa 1 juta rupiah bagi yang Tugas Akhir sangat tidak cukup karena kebutuhan mahasiswa di luar Papua jauh lebih besar dibandingkan dengan di dalam Papua sehingga kedepan pemerintah daerah dapat mempertimbangkan hal tersebut unggasnya. Mote juga berharap kedepan suapaya pemerintah daerah dapat melakukan pendekatan persuasif dengan mahasiswa melalui koordinator yang ada, agar dapat mengetahui semua kebutuhan mahasiswa termasuk pengembangan diri melalui organisasi sehingga dapat terakomodir secara baik.
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=26&jd=Mahasiswa+Sandera+Utusan+Pemkab+Deiyai&dn=20110729185834
Ketua FORKOMADE Jawa Bali Elias Pigome secara tegas mengatakan melalui telepon bahwa pemda dari empat kabupaten yakni Nabire, Paniai, Dogiyai dan Deiyai apa bila memberikan bantuan pemdidikan, maka jangan memilah-milahkan asal usul kabupaten atau marga tetapi berikan kepada semua mahasiswa sesuai data nama yang akan diserahkan oleh koordinator dari setiap kota. Lanjut Pigome apa bila permintaan ini tidak iyakan pemerintah daerah, maka kami seluruh mahasiswa Jawa Bali akan menolak bantuan apapun dari empat kabupaten tegasnya.
Hal ini dibenarkan oleh Biro Pendidikan FORKOMADE Yulius Pekei bahwa melalui Raker telah menyepakati bahwa apa bila kedepan Pemda Deiyai masih membeda-bedakan mahasiswa dari asal usul kabupaten dan marga, maka kami akan tolak bantuan pendidikan apapun.
Donatus Mote sebagai senioritas melihat Pemda tidak profesional dalam menangani bantuan pendidikan bagi mahasiswa karena dari jumlah anggaran yang dialokasikan cukup besar namun dalam aplikasinya tidak sesuai dengan yang diharapkan karena kecil jumlahnya. Lanjut Mote apa bila diperbandingkan dengan kebutuhan mahasiswa 1 juta rupiah bagi yang Tugas Akhir sangat tidak cukup karena kebutuhan mahasiswa di luar Papua jauh lebih besar dibandingkan dengan di dalam Papua sehingga kedepan pemerintah daerah dapat mempertimbangkan hal tersebut unggasnya. Mote juga berharap kedepan suapaya pemerintah daerah dapat melakukan pendekatan persuasif dengan mahasiswa melalui koordinator yang ada, agar dapat mengetahui semua kebutuhan mahasiswa termasuk pengembangan diri melalui organisasi sehingga dapat terakomodir secara baik.
Ikatan Pelajar Mahasiswa Nabire Paniai Dogiyai dan Deiyai (IPMANAPADODE) Kota Surabaya menyandera utusan pemkab Deiyai yang menyalurkan bantuan pendidikan bagi mahasiswa. Menurut Koordinator Forum Komunikasi Mahasiswa Deiyai Elias Pekei bahwa utusan pemda kami sandra semalam di penginapan mahasiswa karena tidak ada transparansi dalam pengelolahaan keuangan yang sudah dianggarkan bagi mahasiswa tegasnya. Lanjut Elias saat bertemu mahasiswa utusan Pemda tidak menunjukan Surat Penugasan maupun Nota penandatanganan anggaran yang dialokasikan bagi mahasiswa sehingga ada indikasi penyalagunaan unggasnya. Hal ini terjadi karena pemkab memegang teguh pada administrative bahwa bantuan pendidikan tersebut dikhususkan kepada mahasiswa yang asal dari Kabupaten Deiyai, sementara mahasiswa sendiri tidak mau memisah-misahkan sesuai pemekaran kabupaten karena mereka adalah satu suku MEE sehingga masih tetap di bawah satu naungan ikatan IPMANAPADODE.
Ketua FORKOMADE Jawa Bali Elias Pigome secara tegas mengatakan melalui telepon bahwa pemda dari empat kabupaten yakni Nabire, Paniai, Dogiyai dan Deiyai apa bila memberikan bantuan pemdidikan, maka jangan memilah-milahkan asal usul kabupaten atau marga tetapi berikan kepada semua mahasiswa sesuai data nama yang akan diserahkan oleh koordinator dari setiap kota. Lanjut Pigome apa bila permintaan ini tidak iyakan pemerintah daerah, maka kami seluruh mahasiswa Jawa Bali akan menolak bantuan apapun dari empat kabupaten tegasnya.
Hal ini dibenarkan oleh Biro Pendidikan FORKOMADE Yulius Pekei bahwa melalui Raker telah menyepakati bahwa apa bila kedepan Pemda Deiyai masih membeda-bedakan mahasiswa dari asal usul kabupaten dan marga, maka kami akan tolak bantuan pendidikan apapun.
Donatus Mote sebagai senioritas melihat pemda tidak profesional dalam menangani bantuan pendidikan bagi mahasiswa karena dari jumlah anggaran yang dialokasikan cukup besar namun dalam aplikasinya tidak sesuai dengan yang diharapkan karena kecil jumlahnya. Lanjut Mote apa bila diperbandingkan dengan kebutuhan mahasiswa 1 juta rupiah bagi yang Tugas Akhir sangat tidak cukup karena kebutuhan mahasiswa di luar Papua jauh lebih besar dibandingkan dengan di dalam Papua sehingga kedepan pemerintah daerah dapat mempertimbangkan hal tersebut unggasnya. Mote juga berharap kedepan suapaya pemerintah daerah dapat melakukan pendekatan persuasif dengan mahasiswa melalui koordinator yang ada, agar dapat mengetahui semua kebutuhan mahasiswa termasuk pengembangan diri melalui organisasi sehingga dapat terakomodir secara baik.
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=26&jd=Mahasiswa+Sandera+Utusan+Pemkab+Deiyai&dn=20110729185834
0 komentar:
Posting Komentar