
DEIYAI – Meskipun Pemerintah Kabupaten Deiyai telah mengesahkan dana APBD tahun 2011 senilai Rp 456 Miliar, namun mahasiswa Deiyai yang sedang kuliah di berbagai kota studi belum mendapat bantuan tugas akhir dan pemondokan.
Demikian diungkapkan Sekjen Forum Komunikasi Pelajar dan Mahasiswa Deiyai (FORKOPMADE) se-Jawa dan Bali, Ones Madai, Kamis (2/6) kemarin.
Dikemukakan, penganggaran bidang pendidikan khusus bantuan tugas akhir dan asrama (kontrakan) bagi mahasiswa seharusnya diprioritaskan pada setiap tahun. Pihak FORKOPMADE sebenarnya tidak perlu menuntut pemerintah karena dana tugas akhir dan pemondokan itu sudah diagendakan dan tinggal direalisasikan saja.
“Kami khawatir, jangan sampai hal itu berlanjut terus ke generasi berikut. Makanya, dari sekarang kami ingatkan kepada pemerintah daerah agar segera merealisasikan bantuan studi bagi mahasiswa,” tutur Ones.
Ia juga menyebutkan kekhawatiran tentang arah pembangunan daerah. Bahwa, peningkatan sumber daya manusia (SDM) merupakan ujung tombak keberhasilan di suatu daerah. Untuk itu, perlu dukungan berupa moril maupun materil agar nanti mahasiswa sebagai penerus pembangunan bisa berdaya saing di era globalisasi dewasa ini.
Ketua Umum FORKOPMADE se-Jawa dan Bali, Elias Bidaugi Pigome juga menyatakan bahwa APBD tahun 2011 yang disahkan sebesar Rp456 Miliar pada beberapa bulan lalu itu tidak memihak kepada masyarakat Deiyai. Apalagi pelajar dan mahasiswa asal Deiyai se-Indonesia juga belum mendapat kabar yang jelas tentang bantuan tugas akhir serta rumah kontrakan di setiap kota studi.
“Kapan pemerintah daerah mau memperhatikan hak pelajar dan mahasiswa asal Deiyai terutama pengadaan kontrakan dan tugas akhir?,” tanya mahasiswa Teknik Pertambangan di Universitas Trisakti Jakarta itu.
Elias juga menyatakan pentingnya kontrakan bagi mahasiswa yang tersebar di seluruh Indonesia karena dalam filosofi Suku Mee bahwa orang akan hidup tenang dan berpikir tenang jika tidur di rumah (owaa). Apalagi jauh dari orang tua, tentu butuh keselamatan selama proses perkuliahan di tanah rantauan. Ini penting bagi pelajar dan mahasiswa asal Deiyai, sehingga pemerintah daerah perlu memperhatikan kebutuhan generasi muda, berupa owaa supaya aktivitas kuliah dan kegiatan kemahasiswaan berjalan baik.
Selain itu, Tugas Akhir (Skripsi) merupakan satu kewajiban bagi tiap mahasiswa pada tahap penyelesaian studi sesuai jenjang pendidikan yang ditempuh oleh mahasiswa tersebut. “Perlu diketahui bahwa setiap tahun ada tahap akhir kuliah. Misalnya praktek lapangan, penyusunan skripsi, yudisium dan wisuda. Jadi, instansi yang terkait harus perhatikan hal ini di waktu mendatang,” Pigome mengingatkan.
Dibandingkan Kabupaten Intan Jaya yang dimekarkan bersamaan, Pemerintah Kabupaten Deiyai yang merupakan buah dari Kabupaten Paniai sesuai Undang-Undang Nomor 55 tahun 2008, lanjut dia, hingga kini belum memberi perhatian di bidang pengembangan SDM khususnya pelajar dan mahasiswa yang tengah menempuh pendidikian di berbagai kota studi. Untuk itu, diharapkan adanya keseriusan dari pemerintah melalui instansi teknis terkait.
“Pemkab Deiyai harus belajar dari kabupaten lain seperti Intan Jaya dan Dogiyai yang peduli SDM demi pembangunan masa mendatang sesuai bidang yang tekuni oleh generasi muda,” tandasnya.
Lanjut Pigome, pemerintah perlu memprioritaskan SDM Deiyai karena aspek ini sangatlah penting untuk memajukan suatu daerah di segala bidang pembangunan. Ketika SDM yang berkualitas sudah cukup di suatu jabatan termasuk di dunia wiraswasta, tentu saja ada harapan besar untuk membawa satu perubahan di daerah. “Oleh karenanya, mahasiswa Deiyai terus mengingatkan akan pentingnya pemerintah daerah memprioritaskan bidang pendidikan,” ujar Elias.
Elias juga menyatakan salut terhadap kebijakan yang diambil oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Deiyai, dr. Yanuarius Mote. Selain turun langsung di kampung-kampung, Kepala Dinas Kesehatan juga dalam waktu dekat akan memberikan beasiswa kepada mahasiswa yang kuliah di Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Lingkungan, Keperawatan, Apoteker, dan program studi yang berkaitan dengan kesehatan.
“Mahasiswa Deiyai menilai hal itu merupakan satu terobosan baru yang patut diapresiasi, karena sangat bagus demi menyelamatkan umat manusia dan beasiswa itu akan bermanfaat bagi mahasiswa-mahasiswi dalam rangka menyiapkan kader-kader yang siap membangun Papua khususnya Deiyai,” ucap Elias Bidaugi Pigome yang juga reporter Majalah Cermin Papua. (you)
http://papuaposnabire.com/index.php/deiyai/1220-pemkab-deiyai-belum-perhatikan-mahasiswa
Demikian diungkapkan Sekjen Forum Komunikasi Pelajar dan Mahasiswa Deiyai (FORKOPMADE) se-Jawa dan Bali, Ones Madai, Kamis (2/6) kemarin.
Dikemukakan, penganggaran bidang pendidikan khusus bantuan tugas akhir dan asrama (kontrakan) bagi mahasiswa seharusnya diprioritaskan pada setiap tahun. Pihak FORKOPMADE sebenarnya tidak perlu menuntut pemerintah karena dana tugas akhir dan pemondokan itu sudah diagendakan dan tinggal direalisasikan saja.
“Kami khawatir, jangan sampai hal itu berlanjut terus ke generasi berikut. Makanya, dari sekarang kami ingatkan kepada pemerintah daerah agar segera merealisasikan bantuan studi bagi mahasiswa,” tutur Ones.
Ia juga menyebutkan kekhawatiran tentang arah pembangunan daerah. Bahwa, peningkatan sumber daya manusia (SDM) merupakan ujung tombak keberhasilan di suatu daerah. Untuk itu, perlu dukungan berupa moril maupun materil agar nanti mahasiswa sebagai penerus pembangunan bisa berdaya saing di era globalisasi dewasa ini.
Ketua Umum FORKOPMADE se-Jawa dan Bali, Elias Bidaugi Pigome juga menyatakan bahwa APBD tahun 2011 yang disahkan sebesar Rp456 Miliar pada beberapa bulan lalu itu tidak memihak kepada masyarakat Deiyai. Apalagi pelajar dan mahasiswa asal Deiyai se-Indonesia juga belum mendapat kabar yang jelas tentang bantuan tugas akhir serta rumah kontrakan di setiap kota studi.
“Kapan pemerintah daerah mau memperhatikan hak pelajar dan mahasiswa asal Deiyai terutama pengadaan kontrakan dan tugas akhir?,” tanya mahasiswa Teknik Pertambangan di Universitas Trisakti Jakarta itu.
Elias juga menyatakan pentingnya kontrakan bagi mahasiswa yang tersebar di seluruh Indonesia karena dalam filosofi Suku Mee bahwa orang akan hidup tenang dan berpikir tenang jika tidur di rumah (owaa). Apalagi jauh dari orang tua, tentu butuh keselamatan selama proses perkuliahan di tanah rantauan. Ini penting bagi pelajar dan mahasiswa asal Deiyai, sehingga pemerintah daerah perlu memperhatikan kebutuhan generasi muda, berupa owaa supaya aktivitas kuliah dan kegiatan kemahasiswaan berjalan baik.
Selain itu, Tugas Akhir (Skripsi) merupakan satu kewajiban bagi tiap mahasiswa pada tahap penyelesaian studi sesuai jenjang pendidikan yang ditempuh oleh mahasiswa tersebut. “Perlu diketahui bahwa setiap tahun ada tahap akhir kuliah. Misalnya praktek lapangan, penyusunan skripsi, yudisium dan wisuda. Jadi, instansi yang terkait harus perhatikan hal ini di waktu mendatang,” Pigome mengingatkan.
Dibandingkan Kabupaten Intan Jaya yang dimekarkan bersamaan, Pemerintah Kabupaten Deiyai yang merupakan buah dari Kabupaten Paniai sesuai Undang-Undang Nomor 55 tahun 2008, lanjut dia, hingga kini belum memberi perhatian di bidang pengembangan SDM khususnya pelajar dan mahasiswa yang tengah menempuh pendidikian di berbagai kota studi. Untuk itu, diharapkan adanya keseriusan dari pemerintah melalui instansi teknis terkait.
“Pemkab Deiyai harus belajar dari kabupaten lain seperti Intan Jaya dan Dogiyai yang peduli SDM demi pembangunan masa mendatang sesuai bidang yang tekuni oleh generasi muda,” tandasnya.
Lanjut Pigome, pemerintah perlu memprioritaskan SDM Deiyai karena aspek ini sangatlah penting untuk memajukan suatu daerah di segala bidang pembangunan. Ketika SDM yang berkualitas sudah cukup di suatu jabatan termasuk di dunia wiraswasta, tentu saja ada harapan besar untuk membawa satu perubahan di daerah. “Oleh karenanya, mahasiswa Deiyai terus mengingatkan akan pentingnya pemerintah daerah memprioritaskan bidang pendidikan,” ujar Elias.
Elias juga menyatakan salut terhadap kebijakan yang diambil oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Deiyai, dr. Yanuarius Mote. Selain turun langsung di kampung-kampung, Kepala Dinas Kesehatan juga dalam waktu dekat akan memberikan beasiswa kepada mahasiswa yang kuliah di Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Lingkungan, Keperawatan, Apoteker, dan program studi yang berkaitan dengan kesehatan.
“Mahasiswa Deiyai menilai hal itu merupakan satu terobosan baru yang patut diapresiasi, karena sangat bagus demi menyelamatkan umat manusia dan beasiswa itu akan bermanfaat bagi mahasiswa-mahasiswi dalam rangka menyiapkan kader-kader yang siap membangun Papua khususnya Deiyai,” ucap Elias Bidaugi Pigome yang juga reporter Majalah Cermin Papua. (you)
http://papuaposnabire.com/index.php/deiyai/1220-pe
0 komentar:
Posting Komentar