Semarang, Temukan jati diri dalam pertemuan Pelajar dan Mahasiswa Deiyai se- Jawa dan Bali dipusatkan di Semarang, Jawa Tengah. Temukan jati diri yang dimaksud disini adalah jati diri pada Forum Komunikasi Pelajar dan Mahasiwa Deiyai se- Jawa dan Bali.

Pemandu dalam pertemuan FORKOPMADE se- Jawa dan Bali di Semarang oleh Siprianus Bunai, Ones Madai dan Jhon Ukago. Dalam sambutan sebelum dimulai pertemuan oleh Senioritas menyatakan bahwa kehadiran FORKOPMADE ini bukan untuk mengkritik pemerintahan daerah Kabupaten Deiyai, namun organisasi ini adalah independensi. Mengapa menayatakan independensi? Sebab forum ini akan berjalan sesuai dengan sifat dan fungsi organisasi yang berlaku.
Selanjutnya, acara diskusi dimulai berdasarkan pada mekanisme dalam organisasi forum tersebut. Membangun hubungan kebersamaan dan kekerabatan untuk membahas dan merumuskan gagasan-gagasan yang urgen dalam organisasi pada pertemuan antar mahasiswa asal Deiyai setiap kota studi yang dipusatkan di Semarang.
Dalam diskusi kekerabatan ini bertujuan untuk mempertahankan identitas dan jati diri sebagai orang Mee Papua yang berkualitas dalam pengembangan karakter untuk membangun daerah Papua. Mahasiswa yang berkarakter melihat seluruh problema demi kepentingan masyarakat yang berada di Kabupaten Deiyai Papua. Sangat penting mahasiswa mengadakan pertemuan diskusi – diskusi yang bersifat membangun dan berjiwa secara sosial, budaya, ekonomi, dan nilai – nilai adat Mee Deiyai khususnya dan umumnya Papua.
Kegiatan didiskusikan dalam internal organisasi ini guna temukan jati diri yang berlandaskan sebagai upaya mengangkat nilai–nilai budaya berdasarkan penduduk asli setempat, penguatan keadilan dan kesejahteraan sosial utamanya di bidang pendidikan, kemandirian dan kesetaraan dalam pembangunan ekonomi kerakyatan itulah yang diharapkan oleh masyarakat. Maka itu, perlu adanya diskusi yang berkelanjutan untuk membahas dan merumuskan melalui berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh mahasiswa melalui organisasi ini.
Meningkatkan kualitas mahasiswa akan mengadakan berbagai kegiatan antara lain seminar, lokakarya, pelatihan-pelatihan, dan studi banding untuk pengembangan diri dan mendapatkan maknanya. Hasil diskusi melalui seminar maupun lokakarya nantinya akan memberikan panduan kepada pemerintahan daerah Kabupaten Deiyai untuk mempertimbangkan dan menindaklanjutkan jikalau memperdayakan masyarkat setempat maju dan berkembangan sejajar dengan amber (pendatang) yang ada di Deiyai.
Ditengah-tengah diskusi ini juga dari Badan Pengurus Pusat Forum Komunikasi Pelajar dan Mahsiswa Deiyai (FORKOPMADE) se- Jawa dan Bali memberikan apresiasi kepada Panitia kota Studi Semarang, dan setiap kota studi Surabaya, Malang, Jogyakarta-Solo, Jakarta, Bogor, Bandung dan Bali yang mana semangat yang tinggi untuk mensukseskan rapat kerja /diskusi ini. Meskipuan tidak ada sponsorship dari lembaga maupun instansi terkait tetapi itu bukan tantangan dalam semangat berjuang demi kebersamaan dan kekerabatan untuk mencapai tujuan bersama dalam pegembangan organisasi. Sebab, mahasiswa sebagai generasi penerus harus memikirkan secara umum demi kemajuan daerah, jangan hanya menfokuskan pada satu atau dua bidang saja akan tetapi merubah daerah perlu memperjuangkan segala hal untuk mencapai kemajuan daerah melalui forum ini.
Proses pembelajaran tidak hanya pada perkuliah di Universitas / Perguruan Tinggi, namun juga melalui organisasi. Organisasi itu baik di Himpunan, Unit Kegiatan Mahasiswa, dan organisasi lain. Salah satunya organisasi yang kami bangun selama ini yang dijalankan bersama yakni IPMANAPADODE setiap kota studi di Jawa dan Bali.
Perlu diketahui bersama bahwa kehadiran FORKOPMADE se- Jawa dan Bali ini tidak terlepas dari organisasi induk Ikatan Pelajar dan Mahsiswa Nabire, Paniai, Dogiyai dan Deiyai (IPMANAPADODE). Makanya kami mengunakan nama forum karena forum ini tidak terlepas dari organisasi induk IPMANAPADODE se- Jawa dan Bali. Sebab kita adalah satu, satu untuk kita sehingga perlu mempertahankan persatuan dan kesatuan dalam suku Mee dan Moni baik dikalangan Pelajar dan Mahasiswa serta masyarakat. Jangan hanya karena ada kehadiran kabupaten dan kota sehingga memecah bela kekerabatan keluarga suku Mee dan Moni yang sudah dibangun dari dulu hingga saat ini. Hal ini perlu diperhatikan bersama dalam persatuan dan kesatuan pada suku bangsa Mee dan Moni.
Elias Bidaugi Pigome sebagai Reporter pada CERMIN PAPUA
0 komentar:
Posting Komentar