
Setelah didevinitfkan kepala distrik Pertama yang dilantik adalah Markus Mote. Selang 4 tahun kemudian, diganti dengan Zeth Edoway, S.IP. berbagai kegiatan pemerintahan dilakukan, dimana dalam kondisi medan yang serba sulit. Jalanpun setapak. Sebagian kegiatan masyarakat mengandalkan transportasi danau Tigi.
Perahu tradisional yang dibuat dari kayu menjadi sarana danau andalan bagi mereka (masyarakat). Salah satu kesan yang menyesalkan adalah saat pembagian beras miskin. Karena tidak puas dengan mutu beras yang tidak beres kantor distrik jadi sasaran pelemparan dari amukan massa dari 2 kampung yakni warga Kampung Gakokebo dan Widimei. Banyak kegiatan yang dilakukan berdampak positif namun sayang bagi masyarakat kurang berkenang dihati mereka.
Perkembangan terus berjalan, berbagai sarana infrastruktur dibangun, semisal jalan Trans Papua, dari jalan raya Gakokebo menuju ibu kota Distrik Tigi Barat bahkan kini sedang dalam pekerjaan oleh pemerintah Kabupaten Deiyai melalui pihak ketiga (kontraktor). Pada bulan 26 Mei 2009 Deiyai menjadi Kabupaten sendiri, berdasarkan UU Nomor 55 2009. Jelaslah bahwa jika menjadi Kabupaten baru mesti memiliki struktur cabinet, seiring dengan pemekaran Deiyai maka Drs. Blasius Pakage dilantik oleh Mendagri menjadi Penjabat Bupati Deiyai.
Tepatnya bulan 19 September 2009 Fransiskus Ign Bobii dilantik menjadi kepala Distrik Tigi Barat. Sebelumnya bekerja di Kantor Depag kabupaten Nabire, namun berdasarkan surat lolos butuh bupati kabupaten Nabire memindahkannya di setda bagian humas. Disana bekerja sebagai staf dibidang peliputan. Selain hari-harinya sebagai PNS dia juga aktif menulis di sejumlah media, lokal juga nasional.
Tentunya menjadi pemimpin membutuhkan mentalitas yang extra kuat untuk berhadapan dengan 25 ribuh kepala keluarga yang berdiam di 12 kampung. Sejumlah pertemuan dilakukan dengan tujuan pengenalan medan dan menerima masukan pemimpin alah kehendak rakyat. Wilayah Tigi Barat, sangat luas bahkan termasuk distrik yang padat penduduknya. Bahkan 80 persen penduduk Kabupaen Deiyai, berada dan berdomisili di Distrik Tigi Barat.
Kegiatan yang dilakukan pertama yang di lakukan Fransiskus Bobii di tahun 2010 lalu adalah membenahi kepengerusan Beras Miskin bagi rakyat. Beras miskin menurut Bobii tidak hanya habis dikonsumsikan bagi kebutuhan keluarga. Akan tetapi beras miskin juga bisa mendatangkan uang guna meningkatkan usaha-usaha kelompok bersama. Hasilnya dibeberapa koperasi bersama mengalami peningkatan modal usaha.
Sisi pemerintahan, kepala Distrik Tigi Barat yang juga wartawan itu membenahi administrasi kantor Kampung. Melakukan turun lapangan di setiap kamung, dimana dalam kunjungannya terus memberikan pembinaan-pembinaan penataan administrasi kampung.
Sebagai kabupaten baru tentunya mengalami kendala dalam memajukan daerah khususnya Distrik dan Kampung. Tumpuan rakyat untuk memajukan daerah itu menjadi tantangan dalam pekerjaan. Namun Bobii tidak tinggal diam dalam keadaan dilematis, berbagai upaya telah dilakukan agar dalam tahun 2010 silam. Dimana melakukan sejumlah loby, baik di pusat juga di daerah. Semisalnya, koordinasi dengan Bina Marga PU pusat untuk mendapatkan program pembangunan infrastruktur Perdesaan (PPIP) Tahun 2010, senilai satu milyart lebih. Dana itu dikelolah masyarakat sendiri dengan program membangun ruas jalan raya.
Selain itu, membangun 3 kilometer jalan serta membangun jembatan Kali Itoka dan kali Ayatei. Koordinasi dengan warga masyarakat terus dilakukan dalam upaya memberikan pemahaman agar palang memalang tidak. Serta lebih dari itu adalah pelepasan hak ulayat terkait dengan pengambilan material.
Membangun suatu daerah tidak segampang membalikkan telapak tangan, bahkan membutuhkan tenaga dan waktu. Wajah Tigi Barat kini sedang dalam proses menuju perubahan. Dalam perjalanan memimpin Tigi Barat terkesan kepala Distrik ini diterima di hati rakyat. Karena melayani warganya tidak dengan setengah hati, tak membedahkan tua dan mudah golongan serta latar belakang agama dan kelompok masyarakat. “kami sangat senang dengan gaya kepemimpinannya”kata Amos Agapa kepala Kampung Widimei.
Suatu kebanggan sendiri menjelang natal adalah melakukan ibadah Oikumene pada tanggal 1 Desember dihalaman distrik, kegiatan ritual alah budaya Mee dilakukan agar umat Kristiani mempersiapkan diri untuk menyambut Yesus Sang Bayi.
700 Juta Untuk Hadiah Natal Warga Tigi Barat
Sebagai bukti kepeduliannya kepala Distrik Tigi Barat, menyalurkan uang senilai 700 juta kepada masyarakat. Dana yang begitu besar itu diperuntukkan bagi warga masyarakat demi kebutuhan natal.dana itu bersumber dari ABT Provinsi Papua bersifat bantuan.
Dana itu disalurkan kepada para kepala dan aparat Kampung senilai 120 juta. Kepada 73 Rukun Tetanga (RT) senilai 500 ribuh perorang yang ada di 12 kampung plus 10 lembar daun seng per-orang. 8 orang gembala gereja Katolik senilai 8 juta, 46 orang gembala dan pendeta Kingmi dan GKII 46 juta, serta 2.500 juta untuk 46 panitia natal baik Katolik maupun Kingmi serta GKII dan Pentakosta. Di Tigi Barat juga ada tiga asrama. Yakni asrama Katolik asrama STT Onago, asrama STP sebesar 10 juta per-asrama.sedangkan Sisanya kepada para janda, dudah serta yatim piatu.
Tutup Dengan Malam Pangung Khas Budaya
Malam tutup tahun menjadi suasana yang penuh keakraban antar sesama yang hadir pada malam tutup tahun itu. Saling memaafkan, saling mengasihi, dan saling member salam hangat. Jam 11.30 malam hingga 12.00 tepat membunyikan sejumlah mercun sudah disiapkan panitian. Sayonara tahun 2010 dan selamat datang tahun 2011. (jga).
http://jemmyadii.blogspot.com/2011/01/wajah-tigi-barat-di-tahun-2010.html
0 komentar:
Posting Komentar